(sumber gambar: huffingtonpost.com)
Muncul
kejutan di hari-hari menjelang pendaftaran pasangan capres dan cawapres yang
akan mulai dibuka pada 4 Agustus 2018 nanti. Zainul Majdi atau yang lebih
dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) tiba-tiba menyatakan dukungan kepada
Jokowi untuk menjabat presiden selama dua periode. Tentu ini adalah sebuah manuver
di luar dugaan, mengingat TGB menjabat sebagai salah satu anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Sebagaimana
diketahui, sampai detik ini, partai bentukan SBY tersebut belum
mengeluarkan sikap resmi terkait pilpres 2019. Demokrat masih wait and see sambil menggodhog kemungkinan-kemungkinan. Perkembangan terhangat, Demokrat
sedang melakukan lobi untuk menjodohkan Jusuf Kalla - AHY atau Gatot - AHY.
***
Dukungan
TGB kepada Jokowi tentu dilatarbelakangi oleh maksud dan hitungan-hitungan
politis yang menarik untuk kita takar dan taksir. Dukungan tersebut tentu bukan
dukungan yang gratis. TGB pasti telah berpikir masak-masak sebelum mengambil
pilihan yang layak disebut berisiko, karena bersangkut paut dengan kedudukannya
di partai yang mendukung dan menaunginya.
Partai
Demokrat, melalui Ketua Advokasi dan Bantuan Hukum Ferdinand Hutahaean,
mengkonfirmasi, dukungan TGB adalah sikap pribadi dan bukan sikap resmi
partainya. Ferdinand pun menyatakan, sampai saat ini Demokrat masih mengakui
TGB sebagai kadernya. Demokrat juga mengaku tidak mempermasalahkan pilihan
salah satu kader terbaiknya tersebut.
Beragam
analisis dan dugaan muncul mengikuti dukungan TGB kepada Jokowi. Analisis yang
terdengar, misalnya, dukungan TGB diduga bermaksud mengamankan proyek
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di NTB. KEK yang dibangun
selama 29 tahun dan telah diresmikan Oktober tahun lalu sampai saat ini masih
mengalami proses pengembangan.
Investor
sudah mulai masuk dan sangat mungkin TGB berhitung, dengan menjabatnya Jokowi
selama dua periode, Mandalika akan terus aman berjalan di bawah pengawasan
pemerintah pusat. TGB sebagai putra asli daerah yang sepuluh tahun memimpin
NTB, pasti merasa berkepentingan terhadap Mandalika yang akan berpengaruh besar
pada kehidupan ekonomi masyarakat setempat.
Analisis
yang muncul berikutnya, dukungan TGB adalah upaya agar dilamar sebagai cawapres
yang akan mendampingi Jokowi di pilpres 2019. Nampaknya, TGB telah cukup
percaya diri. TGB merasa ia telah memiliki nilai jual cukup tinggi di panggung
politik nasional, sehingga berani mendekat ke Jokowi, yang menurut lembaga
survei sampai saat ini masih disebut sebagai calon terkuat pilpres 2019.
Terdengar
pula analisis, dukungan TGB kepada Jokowi sebenarnya merupakan perintah
langsung SBY. Karena secara logika, TGB sebagai petinggi Demokrat tentu tidak
akan lepas dari kendali SBY. Sangat mungkin Demokrat bermain di dua kaki. Satu
kaki mencoba peruntungan dengan mengirimkan TGB ke kubu Jokowi, kaki yang lain
dipijakkan melalui AHY yang sedang ditawarkan ke tokoh prospektif lainnya.
***
Apapun
analisis yang muncul, merapatnya TGB tentu sangat menguntungkan kubu Jokowi. TGB
dikenal sebagai tokoh yang bersih. Selama satu dekade kepemimpinanya di NTB,
tidak pernah terdengar citra negatif yang muncul dari kebijakan maupun dirinya
secara pribadi.
Dengan
merapatnya TGB ke kubu Jokowi, stigma anti-Islam yang kerap ditujukan kepada Jokowi
paling tidak memudar. Karena TGB dikenal sebagai sosok religius, seorang hafidz Qur’an, dan memimpin daerah yang
dikenal kental nuansa Islaminya. Tim Jokowi tentu sangat bungah, sebab akan
membuat mereka semakin kuat.
Sebagai
publik, kita harus menyadari, dalam beberapa waktu ke depan, kita akan terus
disuguhi sajian-sajian akrobatis dari beliau-beliau politisi yang terhormat. Kita
akan dihadapkan pada pilihan yang akan saling klaim sebagai yang terhebat dan
terpantas. Oleh karena itu, kita harus terus kuatkan radar kesadaran agar
secara jernih dapat memilih dan memilah calon pemimpin terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar