(sumber gambar: news.sky.com) |
Sesaat
sebelum tulisan ini mulai diketik, LG merilis smartphone flagship yang mereka beri nama LG G7 ThinQ. Karena
menjadi lini produk andalan, LG G7 ThinQ otomatis diisi spesifikasi hardware dan software terbaik. Desain fisik pun tampil tipis lagi manis.
Tetapi,
LG rupanya tidak berani tampil beda. LG memilih mengekor merk-merk lain yang
akhir-akhir ini beramai-ramai merilis smartphone
ber-notch. Terhitung, belasan merk
menggantungkan nasib pada gawai (gadget)
ber-notch. Mulai dari merk terkenal
seperti Asus Zenfone 5, Huawei P20 Pro, Oppo F7, Vivo V9, sampai pada Xiaomi
Mi7 yang akan dirilis pada 23 Mei mendatang. Merk antah berantah pun
ikut-ikutan, sebut saja Ulefone T2 Pro, Leagoo S9, dan Doogee V.
Notch atau
lekukan di sisi atas smartphone
sebenarnya dibuat dalam rangka memaksimalkan desain layar penuh. Apabila desain
smartphone terdahulu mengandalkan bezel di sisi atas gawai untuk menampung
lensa kamera depan, speaker, dan
sensor proximity, pada notch-lah semua printhilan itu sekarang ditempatkan.
Pertama
kali, notch pada gawai dikenalkan
oleh Apple melalui iPhone X. Saat awal muncul, desain iPhone X menjadi bahan
tertawaan dan tak sedikit yang pesimis dengan angka penjualannya. Namun
ternyata, desain itu menjadi panutan sekian banyak merk, pun angka penjualannya
sangat tinggi (kuartal keempat 2017 mendapat 5,1% dari total market share).
Untuk
diketahui, usai rilis P20 Pro, petinggi Huawei menyatakan Huawei sebenarnya
sudah sejak lama merancang notch.
Tetapi, mereka tidak cukup pede untuk
menggunakannya. Senada dengan Huawei, Hwang Jeong-hwan (Chief of LG’s Mobile Division) juga mengaku telah merencanakan notch sebelum Apple, tetapi baru berani
menggunakan notch pada LG G7 ThinQ
yang rilis jauh setelah iPhone X.
Dari
sana terbaca, betapa besar pengaruh Apple. Sampai-sampai merk sekelas Huawei
dan LG baru mantap ber-notch setelah
Apple merilisnya. Mereka seolah menunggu legitimasi Apple.
Saat
ini, notch telah menjadi gaya baru
desain smartphone. Merk lain seperti ngeri
tak laku jika tidak ikuti trend. Dan,
pihak yang patut membuat kita angkat topi lagi ialah Apple.
Perusahaan
yang berpusat di Cupertino California itu bukan sekali ini menjadi trend setter. Satu dekade lalu, Apple
merilis iPhone 3G dengan layar sentuh memenuhi wajah depan gawai, tanpa ada
tombol numerik dan alfabet. Kontan saja, kritikus, pengamat, dan pesaing mengernyitkan
dahi.
Mereka
berkata, layar akan penuh dengan minyak wajah dan jemari pengguna. Tapi apa
yang terjadi? iPhone 3G menjadi acuan baru desain smartphone yang bertahan sampai sekarang, dan ikut berandil besar
menghancurkan hegemoni Nokia dan BlackBerry.
Belakangan,
iPhone 7 hadir tanpa universal jack audio 3,5 mm. Lagi-lagi publik
ternganga dan mempertanyakan pilihan Apple. Tanpa jack audio berarti akan menyulitkan pemakaian headset atau earphone, karena
harus menambahkan konektor tipe baru.
Rupanya,
Apple menghadirkan earphone AirPods
nirkabel yang sungguh elegan. Walau nampak menyelesaikan masalah, publik masih
saja rewel. Karena mereka harus keluar uang lagi untuk membelinya.
Kembali,
walau di awal kemunculannya menjadi kontroversi, pilihan Apple menihilkan jack audio lagi-lagi menjadi trend. Terhitung Oppo, LeEco, Motorola,
Xiaomi, Google, Essential, dan Sony Xperia melahirkan smartphone tanpa lubang jack
audio.
***
Sudah
beberapa tahun, televisi hanya sesekali saya saksikan. Praktis, mayoritas
hiburan yang saya nikmati hanya berasal dari internet dan berbagai bahan
bacaan. Televisi di tempat kami sekadar berfungsi untuk selingan dan
kepentingan dekorasi ruangan.
Saya,
sebagaimana generasi millenial lainnya, lebih mempercayakan kebutuhan hiburan
audiovisual pada YouTube dan situs-situs daring lainnya. Saya gemar menonton beragam
genre tayangan di YouTube. Dari sana, saya kemudian tahu betapa asyik kehidupan
para YouTuber.
Bagaimana
tidak asyik, dengan membuat video, mereka bisa mendapatkan penghasilan,
popularitas, dan beragam privilege
yang menggiurkan. YouTuber telah menjadi profesi idaman yang membuat orang
berlomba menggapainya.
Satu
contoh, reviewer gawai ternama akan
mendapat akses istimewa saat sebuah brand
merilis produk baru. Ia akan memperoleh unit smartphone review, dan itu berarti bisa menikmati produk lebih dulu dari orang
kebanyakan. Ia juga kerap diundang ke acara launching
di tempat-tempat yang mewah. Belum
lagi ada perjanjian paid partnership
dengan brand yang memilihnya.
Reviewer mobil
juga menjalankan profesi yang membuat iri banyak orang. Setiap ada mobil lahir,
ia menjadi prioritas untuk dihubungi demi hadiri launching yang seringkali di luar negeri. Ia juga dapat menikmati
unit mobil review yang bisa dibawa
pulang dan dikendarai layaknya mobil pribadi. Jangan dibayangkan unit review hanya mobil yang sering dijumpai
di jalanan, mobil kelas premium seperti Lexus, Mercy seri S, Porsche, Lamborghini,
dan merk mewah lain dapat ia nikmati pula.
***
Apple
dan reviewer adalah studi kasus bagaimana
seharusnya kita melangkah. Apple didirikan oleh Steve Wozniak dan Steve Jobs,
dua orang yang sangat passionate pada
bidang yang ditekuninya. Mereka berdua berangkat dari ketertarikan yang
mendalam pada teknologi komputasi.
Karena
ketertarikan, mereka tiada lelah terus menekuni. Karena tiada lelah dan tekun,
Woz dan Jobs menjadi ahli di bidangnya. Lalu, sampailah bangunan yang mereka
rintis menjadi salah satu merk termahal di dunia. Apple sukses menjadi simbol
produk teknologi dengan jaminan mutu sekaligus bergengsi tinggi.
Tidak
berbeda dengan Apple, YouTuber dengan subscriber
dan viewer tinggi juga berawal dari
semangat dan ketertarikan. Mereka mengaku, karena saking semangat dan tertarik pada bidangnya, sampai tidak terpikir
bagaimana cara uang datang dan berapa yang akan terkumpul.
Nyatanya,
setelah terus berkutat menekuni, sampai ahli dan bereputasi baik, produsen
gawai ramai-ramai mengundangnya. Viewer
datang dengan sendirinya. Iklan berlomba berpromosi. Dan lihat, uang
berduyun-duyun memasuki rekening.
***
Dalam
budaya Jawa, jeneng (nama)
dimetaforakan sebagai reputasi dan rekam jejak. Sedangkan, jenang (bubur) disimbolkan sebagai materi seperti uang dan harta
benda. Berkait dengan itu, sebagaimana diketahui, di jaman ini semua orang
sedang berlari untuk menggapai uang agar terwujud semua keinginan materialnya.
Karena
uang dijadikan tujuan, maka segala sumber daya dan cara akan dikerahkan untuk
mendapatkannya. Uang dicari sampai bertukar posisi antara kepala dan kaki,
sampai lupa waktu, dan lupa diri. Cara apapun tak peduli hina tak peduli
kehalalannya, ditempuh juga.
Saat
mengejar uang, keindahan di kanan kiri akan terlewat. Mengejar uang identik
dengan ketergesaan. Sedangkan, ketergesaan merupakan sebuah kondisi yang jauh
dari kebahagiaan.
Semua
orang, tentu juga saya, salah paham terhadap posisi uang. Selama ini, uang
dianggap sebagai tujuan yang harus diraih. Padahal, uang adalah sarana. Uang
hanyalah sesuatu yang diperlukan untuk mendapat hal-hal yang lebih hakiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar