sumber gambar: gilabola.com |
AC
Milan beberapa tahun ke belakang tidak memiliki pemain fenomenal yang mampu
membuat Milanisti sangat posesif, sampai kemudian muncullah sesosok anak muda
bernama Gianluigi Donnarumma. Donnarumma berposisi sebagai kiper yang cepat
melesat menjadi idola Milanisti. Harapan tinggi disampirkan di telapak
tangannya demi menuju AC Milan yang gilang-gemilang di masa yang akan datang.
Donnarumma
secara usia masih sangatlah muda. Ia lahir tahun 1999 yang artinya lahir saat
saya sudah duduk dengan elegan di kelas 5 SD Negeri favorit di desa sana. Ia
ditemukan oleh pelatih yang semasa menjadi pemain dikenal memiliki tendangan
melengkung sekencang geledek, Sinisa Mihajlovic. Donnarumma boleh muda, namun
jangan ditanya soal kinerja. Ia sering membikin penyerang lawan keki karena refleks
dan ketangkasannya. Pendek cerita, ia menjadi perhatian publik sepakbola dunia.
Bahkan seorang Milanisti menamakan anak perempuannya dengan namanya.
***
Semua
baik-baik saja sampai Donnarumma jatuh ke pelukan agen kontroversial, Mino
Raiola. Sejak dipegang Raiola, sebenarnya Milanisti harus sudah mengantisipasi
berbagai kemungkinan yang akan terjadi dengan Donnarumma. Reputasi Raiola –yang
juga mengageni Ibrahimovic dan Pogba— sudah menjadi rahasia umum. Ia dikenal sebagai
agen yang “culas” lagi materialistis.
Benar
saja, akhir minggu kemarin Donnarumma menolak perpanjangan kontrak dengan AC Milan.
Belakangan, ia dihubung-hubungkan dengan dua klub kaya raya, Real Madrid dan
Paris Saint Germain. Sontak saja, Milanisti misuh-misuh
tak keruan. Ia diidentikkan dengan ular dan dijuluki Dollarumma. Lalu, ia pun dikutuk-kutuk
akan mendapat kegagalan di klub barunya.
Milanisti
merasa dikhianati habis-habisan, karena selama ini Donnarumma sering menciumi badge logo AC Milan di jersey-nya sebagai tanda kesetiaan yang
ternyata lamis belaka. Yang tak gemar
sepak bola memang tidak mengerti bagaimana rasanya jika terjadi sesuatu dengan
tim yang didukung. Memang absurd,
tapi bukankah memang demikian hakikat cinta?
***
Berikutnya,
petinggi AC Milan sampai urun suara. Ia menyamakan Donnarumma dengan dua sosok
mega bintang AC Milan di masa lalu yaitu Andriy Shevchenko dan Ricardo Kaka. Diketahui,
Sheva dan Kaka enyah dari AC Milan karena bayaran yang lebih menggiurkan
daripada saat mereka masih berseragam Il
Diavolo Rosso. Sang petinggi menyatakan, Donnarumma akan kehilangan
kebintangannya seperti Sheva dan Kaka.
Respons
Milanisti paling epic terjadi kemarin
saat Donnarumma membela timnas Italia U-21 melawan Denmark dalam perhelatan
Piala Eropa U-21 di Polandia. Dalam pertandingan tersebut, sekelompok Milanisti
regional Polandia khusus datang ke stadion untuk melempari Donnarumma dengan
uang palsu. Perwakilan pelempar uang menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan
Donnarumma merupakan sebuah pelanggaran berat.
***
Kekecewaan
Milanisti terhadap Donnarumma terutama yang dikaitkan dengan alasan uang yang
lebih besar di klub baru, sebenarnya merupakan fenomena yang menarik untuk
dicermati. Dalam kasus ini, rupanya Milanisti menilai langkah hengkangnya
Donnarumma sebagai suatu langkah yang tidak elok, bahkan memalukan.
Hal
yang mengherankan, tempat terjadinya peristiwa tersebut ialah di Eropa, sebuah
kawasan suci turunnya wahyu materialisme, dimana segala sesuatu dinilai dengan
uang dan hal kebendaan. Kasus ini menyadarkan kita bahwa ternyata nilai-nilai
luhur kemanusiaan universal masih nyata eksistensinya dan belum luntur digerus
zaman.
Bukti
nyata lain, pemain seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Giuseppe Bergomi,
Javier Zannetti, John Terry, Steven Gerrard, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Gigi
Buffon sampai sekarang masih menjadi kesayangan fans karena kesetiaannya. Bahkan
beberapa di antara mereka, nomor punggungnya dipensiunkan demi menghargai
kesetiaan dan pengabdian. Dapat disimpulkan, kesetiaan dan pengabdian masih
menjadi mata uang yang masih berlaku, sekalipun di titik episentrum materialisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar