(sumber gambar: tempo.co) |
Dua
tiga hari ini, muncul pemberitaan di media online
yang cukup menarik perhatian. Sebenarnya berita ini bukanlah berita yang
benar-benar baru dan baru pertama kali terjadi. Berita tersebut adalah tentang
gaya Bu Ani SBY dalam membalas komentar di media sosial berbasis foto,
Instagram. Memang, Bu Ani SBY dan Instagram-nya sudah beberapa kali menyedot
atensi khalayak.
Sekadar
informasi, Bu Ani SBY adalah seorang penggiat dunia fotografi. Momen saat
beliau menenteng kamera DSLR-nya tidak hanya sekali tertangkap kamera televisi.
Seolah mendapatkan lahan yang cocok, beliau langsung membuat akun di Instagram
untuk menampilkan beberapa karya fotonya. Menurut saya yang awam tentang
fotografi, foto hasil jepretan Bu Ani layak untuk dipajang. Beberapa kali foto
beliau menangkap pemandangan-pemandangan di sekeliling istana, daerah kunjungan
Pak SBY dan momen bersama keluarga besar. Foto-foto bersama keluarga besarnya
inilah yang menimbulkan beragam komentar dari follower. Mulai dari komentar positif, netral sampai komentar
bernada sumbang dan usil.
Kejadian
terbaru adalah saat Selasa (14/1) lalu Bu Ani mem-posting foto cucu bungsunya, Airlangga Satriadhi Yudhoyono, saat
sedang bermain piano mainan. Bermacam respon muncul di sana. Berawal dari
komentar @zhafirapsp yang berbunyi: “di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran,
ibu negara malah sibuk dengan akun instagramnya”, Bu Ani dengan cukup
reaktif membalas: “Lho Ibu Jokowi dan Ibu
Ahok ke mana ya? Koq saya yang dimarahi?”
Dari
saling lempar komentar itulah akhirnya media online dan penggiat media sosial ramai-ramai ikut beropini. Pro
kontra muncul. Kebanyakan menyayangkan cara Bu Ani, dalam menanggapi respon follower-nya. Ada yang menyoroti
substansi komentar @zhafirapsp. Ada
pula sedikit yang memuji cara Bu Ani merespon komentar followers-nya.
Tercatat
sekitar empat kali kontroversi Bu Ani dan Instagramnya wira-wiri di media massa. Yang pertama adalah saat Bu Ani memajang foto
cucu pertamanya, Almira Tunggadewi, ketika upacara peringatan kemerdekaan RI
ke-68 di Istana Negara. Terdapat banyak komentar yang meragukan keaslian foto
Aira dan menyebutnya sebagai rekayasa software
penyunting foto. Bu Ani pun menanggapi: "Subhanallah, ya ampun yang
motret itu saya atau sampeyan sih? Koq pada ngotot begitu?!. Kontroversi
tersebut akhirnya mereda setelah terbukti bahwa foto tersebut asli diambil di
Istana oleh Bu Ani, dengan dirilisnya foto hasil jepretan Roy Suryo ketika Bu
Ani mengambil gambar putri Agus Harimurti tersebut.
Kejadian
berikutnya adalah saat Bu Ani mem-posting
foto Eddie Baskoro (Ibas) sekeluarga. Ibas memang terkenal dengan penampilannya
yang selalu memakai baju berlengan panjang di setiap kesempatan. Karena kebiasaannya
tersebut, muncullah pertanyaan dari @paulroul:
“maaf bu, apa bener alasan mas ibas pake
lengan panjang terus karena ada tatto salib di lengan? no offense ya bu".
Sontak, Bu Ani langsung merespon dengan: "Fitnah
yang sangat keji”. Kabar tentang adanya tato di lengan Ibas saat itu cukup
santer, walau sebenarnya tidak pernah terdapat bukti otentik. Akhirnya, tak
berapa lama kemudian Bu Ani memajang foto Ibas sekeluarga yang menampilkan Ibas
memakai baju lengan panjang yang dilipat dan di lengannya tak tampak adanya tato.
(sumber gambar: merdeka.com) |
Peristiwa
selanjutnya, Pak SBY dengan keluarga besarnya lakukan kunjungan ke Pantai
Kelayar di kampung halaman beliau, Pacitan. Di foto, mereka semua berpakaian
batik berlengan panjang. Mungkin karena semacam salah kostum, pemilik akun @erie_nya berkomentar yang pada intinya
adalah aneh ke pantai kok berbaju rapi.
Bu Ani pun tidak tinggal diam, dan langsung membalas: "Subhanallah, komentar
anda yang sangat bodoh. Kok anda tidak berpikir bahwa kami sedang melakukan
kunjungan dan mampir sebentar ke pantai itu sekalian lewat? Come on, apa tak
ada komentar lain yang lebih bisa diterima siapa saja?". Kata “bodoh” itulah yang menjadi gunjingan banyak
pihak. Mereka merasa Ibu Negara tak pantas menulis kata yang berkonotasi negatif.
Terlebih lagi, itu kontradiktif dengan Pak SBY yang berkata: "Kalau bicara bodoh, seolah doa.
Kalau kebelumcerdasan, Allah akan kasih jalan" ketika memberi sambutan di
pembukaan Kongres XXI PGRI di Istora Senayan, Jakata, pada 3 Juli 2013.
***
Tulisan ini tidak akan menyorot teknik fotografi Bu
Ani, juga bukan tentang pilihan kosakata di dalam kalimat beliau. Tulisan ini
pun tidak akan membahas masalah kepantasan seorang Ibu Negara yang asyik
ber-Instagram di saat beberapa wilayah dimana suaminya memimpin sedang dilanda
bencana alam. Namun, tulisan ini akan membicarakan gaya komunikasi Bu Ani dalam
merespon komentar followers di akun Instagram-nya.
Dari beberapa kalimat Bu Ani yang sudah tertulis di
atas, dapat disimpulkan bahwa Bu Ani terlihat reaktif, ceplas-ceplos,
tanpa tedheng aling-aling dan apa adanya. Tidak terlihat niat untuk
memposisikan diri sebagai seorang istri orang nomor satu di sebuah negara.
Tidak ada upaya untuk terlihat santun dan well-educated. Semua kalimat
beliau bernuansa alami dan tidak dibuat-buat.
Menurut saya ini menarik. Apalagi jika kita
bandingkan dengan sang suami yang lekat dengan istilah pencitraan. Pak SBY juga
terkenal dengan sosok yang berbahasa baik dan sangat tertata. Beliau adalah
sosok yang terencana dalam hal apapun dan sangat memperhatikan detail. Bu Ani jauh
dari kesan itu. Bu Ani bertolak belakang dengan gaya Pak SBY. Gaya bicara Bu
Ani di Instagram seperti seorang ibu rumah tangga biasa yang mencak-mencak
dan sewot ketika ada tetangga yang menggunjingkannya. Bu Ani seolah tidak
peduli dengan citra dirinya. Bu Ani tampil sewajarnya. Pilihan kata dan
kalimatnya menggambarkan bahwa beliau adalah sosok yang egaliter.
Bandingkan dengan gaya orang penting lainnya yang
serba tertata dan artifisial. Pasti mereka akan dengan hati-hati merespon
komentar negatif dan tidak akan memilih kata “bodoh”, misalnya. Mereka
niscaya akan memilih diam atau jika terpaksa membalas pasti akan memilih
redaksional yang normatif dan disantun-santunkan. Seperti “Terima kasih atas
kritikannya. Salam.”
Bu Ani sangat spontan. Mungkin jika dibahasakan
dengan gaya anak muda sekarang, dalam konteks tersebut Bu Ani nggak munak.
Bu Ani terlihat seperti ibu-ibu kebanyakan yang terkadang sensitif dan
emosional. Saya rasa itu sisi positif yang bisa diambil dari gaya putri mantan
Panglima RPKAD Sarwo Edhie Wibowo tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar