Tanggal 28 Januari esok, masa pemerintahan SBY-Boediono bersama gerbong
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II telah memasuki masa seratus hari kerja.
Beragam ekspektasi mengiringi masa berakhirnya waktu seratus hari kerja
tersebut. Beragam opini muncul bahwa program seratus hari pemerintahan adalah
indikator awal yang paling sahih untuk mengukur tingkat keberhasilan
pemerintahan untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
Jika kita menilik ke belakang untuk mengevaluasi program seratus hari
pemerintahan, maka kita akan sepakat bahwa program seratus hari tertelan oleh
masifnya pemberitaan terkait skandal Bank Century. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa pemberitaan tentang bail out sebesar 6,7 triliun rupiah
tersebut seperti telah “merampas” pemberitaan di media massa tentang program
seratus hari pemerintahan. Alhasil, yang terjadi adalah kita sebagai rakyat
tidak dapat melihat secara gamblang apa yang sebenarnya telah dikerjakan
pemerintah selama ini.
Tetapi, sebenarnya kita juga tidak dapat dengan serta merta menyalahkan
media massa baik cetak maupun elektronik yang memberikan porsi besar untuk
pemberitaan skandal bank yang sekarang telah berubah nama menjadi Bank Mutiara
tersebut. Pemberitaan yang dilakukan oleh media selama ini juga memiliki dasar
pertimbangan, yaitu atas dasar tingkat kepentingan dari masalah yang
diberitakan. Maka kita patut curiga, mengapa media mengambil porsi pemberitaan
yang besar untuk skandal Century. Secara sederhana dapat diambil konklusi bahwa
mungkin tidak ada hal yang “penting” untuk diberitakan terkait dengan program
seratus hari pemerintahan SBY-Boediono. Mungkin dalam bahasa sehari-hari dapat
dikatakan bahwa program seratus hari pemerintahan SBY-Boediono dirasa kurang
memiliki greget, sehingga media massa nasional menjadi ogah untuk
memberitakan program seratus hari pemerintahan.
Di sisi lain, kita juga dapat melihat bahwa Presiden SBY juga terlalu
sering mengobral pernyataan tentang skandal Century. Dalam jangka tiga bulan
terakhir ini saja, SBY telah memberikan pernyataan terkait Century sebanyak
lima kali yang disampaikannya dalam berbagai forum. Maka timbul kesan bahwa
presiden terlalu banyak memikirkan skandal Century. Baru-baru ini timbul juga
spekulasi untuk mengimpeach atau memakzulkan presiden terkait
dengan skandal Century. Presiden SBY secara reaktif memberikan tanggapan
tentang spekulasi untuk memakzulkan dirinya tersebut. Dalam rentang seminggu
terakhir ini saja presiden telah memberikan tanggapan sebanyak dua kali tentang
kabar burung upaya pemakzulan tersebut, yaitu pada waktu rapat pimpinan lembaga
tinggi negara di Istana Bogor pada Januari dan disampaikan presiden saat member
pengarahan pada Pimpinan TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap. Sampai-sampai menurut
salah satu pakar politik timbul kesan bahwa presiden telah mengalami suatu
kegelisahan yang amat sangat. Pernyataan-pernyataan presiden tersebut justru
mengalihkan perhatian masyarakat dari program pemerintahan seratus yang telah
dicanangkannya. Hal ini justru menjadi boomerang bagi pemerintahan yang ia
pimpin, yaitu munculnya citra atau kesan bahwa program seratus hari tidak
berhasil karena presiden terlalu banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk
memikirkan skandal Century yang membahayakan posisi dirinya sebagai presiden.
Program seratus hari memang tidak dapat dijadikan satu-satunya tolok ukur
keberhasilan pemerintahan selama masa bakti lima tahun ke depan. Namun, program
seratus hari merupakan pijakan awal bagi perjalanan pemerintahan selama lima
tahun. Maka jika telah dinyatakan bahwa program seratus pemerintahan gagal,
maka seharusnya pemerintah segera tancap gas untuk menyusun strategi agar
pemerintahan yang masih panjang perjalanannya ini menjadi pemerintahan yang
berhasil dalam menjalankan program-program kerjanya.
PS: Tulisan ini dimuat di Harian Seputar Indonesia Tanggal 27 Januari
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar